BERMAIN ATAU BELAJAR?

Ditulis oleh Asmal Wafa, dipublikasi pada 11 January 2023 dalam kategori Ruang Guru

Beberapa pasang sepatu disusun dalam berbagai bentuk, ada yang membentuk diagonal, ada vertikal, ada yang menghadap ke kanan, ada pula yang menghadap ke kiri, ada yang dipisah antara si kanan dan si kiri.

“Buat apa tah bun?” beberapa anak mulai penasaran.

 “Ayo masuk kelas dulu”

Dari luar kelas terdengar lagi suara “Heeeiii ini sepatu siapa berantakan disini”

Sebenarnya untuk apa ya sepatu-sepatu itu? Kelas dimulai dengan rasa penasaran. Setelah membuka pembelajaran IPS hari itu, seperti biasa saya menjelaskan rincian kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa pada pembelajaran kali ini.

“Hari ini kita akan menemukan Upaya mengisi Kemerdekaan dengan hal yang Positif melalui game!”

Beberapa saling pandang, beberapa lainnya mengerutkan kening, beberapa sorot mata tampak penasaran namun ada juga yang berseloroh “Yes!” Sebelum memulai permainan, siswa dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 orang. Beberapa aturan pun disepakati.

Para siswa mulai keluar kelas, permainan dilakukan bergantian dengan durasi waktu 10 menit setiap kelompoknya. Siswa dalam kelompok membentuk barisan dan secara bergantian melompat mengikuti arah sepatu. Setelah sampai digaris depan, seorang siswa akan menncari dan menemukan contoh kegiatan positif yang dapat dilakukan untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu, kemudian menempelkannya pada kertas yang disediakan. Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan kecepatan, melibatkan motoric kasar dan motoric halus peserta didik. Kelompok yang menjadi pemenang adalah yang paling banyak menemukan contoh upaya mengisi kemerdekaan dengan hal yang positif.

“ 5, 4, 3, 2, 1! Time’s out!” Waktu berakhir untuk kelompok 4 sebagai kelompok terakhir. Tanda permainan selesai. Siswa kembali masuk ke kelas, bersama-sama mengoreksi jawaban masing-masing kelompok dan menghitung jumlah contoh yang mampu dikumpulkan oleh masing-masing kelompok.  Pembelajaran pun diakhiri dengan menyimpulkan apa yang sudah dipelajari juga refleksi. Happy Ending. Tapi, sebenarnya mereka bermain atau belajar?

Tentu saja mereka sedang bermain dan belajar dalam sekali waktu. Mengajak mereka melakukan permainan ini merupakan hasil refleksi mengajar pada semester lalu, dimana beberapa anak tampak tidak bersemangat, terlihat mengantuk, atau dengan berbagai upaya sengaja menghindar dari kegiatan belajar dengan berlama-lama izin ke kamar mandi. Hal ini membuat saya berpikir, apa yang salah dari diri saya? sudah menggunakan berbagai media dan sumber pembelajaran, sudah banyak melakukan kegiatan berkelompok eh ternyata hasilnya nihil. Dalam kegiatan diskusi kelompok yang bekerja hanya siswa itu-itu saja, lainnya? tetap saja mengantuk, tetap sibuk sendiri, tetap bolak-balik ke kamar mandi.   

Sadar akan hal yang perlu dipenahi memberikan tantangan tersendiri bagi saya untuk mencoba berbagai macam strategi untuk menyediakan pembelajaran yang menyenangkan khususnya pada mata pelajaran IPS. Menemukan fakta bahwa tak sedikit anak yang mengantuk disaat jam pelajaran memberikan ide bagi saya untuk menemukan strategi belajar yang tidak hanya menggerakkan pikiran mereka tapi juga membuat organ tubuh mereka bergerak. “Dunia anak adalah dunia bermain” kata seorang penulis, Dwi Sunar Prasetyono. Ya! dimanapun dan kapanpun, anak selalu meluangkan waktunya untuk bermain bahkan di jeda pergantian jam pelajaran. Dan wajah berseri mereka akan seketika berubah masam ketika guru mulai masuk kelas. Yang semula ceria bisa mengantuk tiba-tiba. Maka belajar sambil bermain akan mengubah mindset bahwa belajar adalah sesuatu hal yang membosankan menjadi belajar adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Jadi mengapa tidak, bermain dan belajar?