BAZAR WIRAUSAHA KELAS 6 “BENTUK KOLABORASI ANTAR MAPEL”

Ditulis oleh Asmal Wafa, dipublikasi pada 30 January 2023 dalam kategori Ruang Guru

Suasana mulai ramai, waktu menunjukkan pukul 08.00. Murid-murid kelas 6 menata dagangan di stand masing-masing di kelasnya. Terlihat wajah-wajah sumringah penuh semangat, ada yang deg-degan takut dagangannya tidak laku. Ada yang sibuk menghias lapaknya untuk menarik perhatian orang. Ada pula yang sudah mengincar dagangan teman untuk dibeli sendiri. Ada yang jeli menata poster dan brosur buatan mereka sendiri sebagai media iklan kepada pembeli. Ada yang komat-kamit merapalkan doa semoga dagangannya laris. Beberapa menit berselang pembeli mulai berdatangan, aneka bujuk rayu dan berbagai jurus mulai dikeluarkan untuk membuat calon pembeli menyerah dan akhirnya membeli dagangannya. Pukul 12.00 aktifitas pasar berhenti, anak-anak kembali membersihkan kelasnya dan merefleksikan pengalaman mereka. Berapa barang terjual? Apakah untung atau malah rugi? Berapa jumlah keuntugan yang di dapat?  Mengapa dagangan mereka laris terjual? Apa pengalaman baik yang mereka dapat dalam bazar? Semuanya tertulis dalam lembar refleksi dan kemudian mereka tempel di dinding kelas. 99% anak merasakan pengalaman yang luar biasa, senang karena untung banyak, sedih karena rugi.

Kegiatan bazar wirausaha yang mereka lakukan ini merupakan hasil kolaborasi pembelajaran antara mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Kewarganegaraan dan TIK. Pada pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau biasa kita sebut dengan SBdP terdapat kompetensi yang harus dibelajarkan yaitu memahami reklame dan membuat reklame. Sedangkan pada pembelajaran PPKn, kompetensi yang dibelajarkan saat itu adalah penerapan sikap persatuan dan kesatuan dalam kegiatan berwirausaha juga bagaimana menerapkan sikap-sikap wirausaha yang baik. Dan pada materi TIK, murid-murid sedang belajar mengaplikasikan canva.

Salah satu poster hasil karya siswa

Kolaborasi ini tentu tidak muncul begitu saja, tetapi berasal dari proses diskusi yang juga melibatkan murid dalam pengambilan keputusan. Keterlibatan murid sebagai pelaku dalam proses pembelajaran mengkonstruksi pengalaman-pengalaman belajarnya dalam bentuk perubahan/perkembangan baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Paulo Freire (2002) belajar merupakan pekerjaan yang cukup berat yang menuntut sikap kritis dan kemampuan intelektual yang hanya dapat diperoleh dengan praktik langsung. Tapi apakah hanya dengan meminta murid mempraktikkannya tanpa mendiskusikan bagaimana mereka akan melakukannya? Hanya meminta mereka melakukan atau membuat sesuatu dan mengabaikan ide-ide cemerlang mereka? Apakah sekedar menjejalkan materi tanpa memberi kesempatan mengekspresikan diri? Melibatkan murid bukan berarti hanya meminta mereka melakukan ini itu, membuat mereka melakukan banyak praktik, dan ribuan karya hanya dari instruksi guru. Melibatkan murid artinya mengikutsertakan mereka mulai dari awal perencanaan kegiatan, pelaksanaan, sampai pada proses refleksi. Bukan hal mudah, benar. Apalagi jika guru sudah memiliki impian-impian tentang pembelajaran seperti apayang akan dilakukan tetapi murid justru memberikan ide yang tak sejalan. Tentu akan sulit bagi kita untuk berlapang dada menerima. Saya juga mengalaminya.

Kolaborasi pembelajaran ini justru muncul dari hasil keterlibatan murid dalam pengambilan keputusan.

            “Bagaimana kalau kita membuat poster sebagai proyek pembelajaran kali ini?

            “Yah… capek bunda!”

            “Aku nggak bisa nggambar bun! Gambaranku jelek”

            “Lalu, ada ide lain?”

            “Boleh bikin pakai canva bun? jadi nggak capek mewarnai hehe” Wow! great idea! Tentu saja akan menjadi kolaborasi yang menarik terlebih lagi mereka juga sedang mempelajari Canva pada pembelajaran TIK.

Membuat poster dari canva menjadi gagasan yang disepakati di kelas. Canva menjadi pilihan sehingga mereka bisa mengerjakan dua proyek sekaligus, mengaplikasikan canva untuk membuat poster pada pembelajaran SBdP. Lalu apa tema yang tepat untuk poster yang akan mereka buat? Saya kembali menggiring mereka dengan menawarkan ide. “Bagaimana kalau kita mengadakan bazar? dan kita akan menggunakan poster tersebut untuk menawarkan produk yang kita jual, bukankah kalian juga sudah belajar materi wirausaha di pelajaran PPKN? Kita sekaligus akan langsung mempraktikkan sikap-sikap wirausaha yang baik dalam kegiatan bazar tersebut” Anak-anak berpandangan. Sebagian belum bisa menerima, sebagian besar lainnya antusias menyambut. Perlu bagi kita untuk tidak buru-buru memutuskan sesuatu  sembari memberikan gambaran yang jelas mengapa kegiatan ini perlu dilakukan dan apa manfaatnya. Setelah semua berlapang dada menerima barulah kegiatan bisa dijalankan. Selama sekitar dua minggu para murid mulai mempersiapkan kegiatan, gadget yang biasanya dilarang di sekolah kini menjadi teman belajar bagi mereka. Para murid membuat poster untuk mempromosikan dagangan yang akan mereka jual pada bazar. Selain murid, guru antar mapel juga terlibat diskusi dalam penentuan bentuk penilaian yang akan dilakukan. Poster murid dinilai sesuai kriteria poster yang baik pada pembelajaran SBdP, dan tehnik aplikasi Canva yang digunakan murid dinilai pada pembelajaran TIK. Sementara itu keterampilan sikap wirausaha yang ditampilkan murid dalam bazar dinilai pada pembelajaran PPKN, dan refleksi kegiatan proyek dilakukan oleh murid bersama dengan wali kelas masing-masing. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Refleksi hasil kegiatan bazar

Kolaborasi guru antar pelajaran dan melibatkan murid dalam proses kegiatan belajar memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran dengan cepat juga membuat peserta didik lebih kreatif, inovatif, memudahkan membimbing murid. Selain itu pembelajaran kolaborasi lebih memungkinkan tercapainya pembelajaran yang bahagia dan menggembirakan. Bukankah merdeka belajar berarti mengantarkan murid untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya?